sponsor

sponsor

Slider

GALERY DESA

SABA WILAYAH

BERITA KABUPATEN

BERITA DESA

WILAYAH

WARTA LINMAS

WARTA PKK

» » » LINMAS

Bogor - Akibat cuaca panas, ribuan hektare lahan pertanian (sawah) di Kabupaten Bogor terancam gagal panen. Selain kekeringan, gagal panen akibat ancaman penyakit wereng batang cokelat (WBC) juga menghantui para petani.


Kepala Seksi Pelayanan Usaha dan Perlindungan Tanaman Dinas Pertanian dan Kehutanan (Distanhut) Kabupaten Bogor, Chrisnayana meminta para petani untuk waspada. Meski indikasinya masih ringan, dia menilai serangan WBC akan cepat menyebar. "Apalagi penyakit ini sangat mudah tersebar terbawa angin," ujarnya.

Selama lebih dari dua pekan, setidaknya 67 desa di 14 kecamatan di Kabupaten Bogor dilanda kekeringan. Akibatnya banyak petani was-was karena ribuan lahan terancam gagal panen. Ules (18) misaknya, petani asal Kampung Bagoang, Desa Karisi, Kecamatan Jasinga menuturkan, kekeringan yang terjadi lebih dari dua pekan menyebabkan tanah di sawahnya retak-retak. "Sulit sekali mendapatkan air, saya harus berjalan kaki sekitar 4 km dari rumah ke sungai untuk mendapatkan air, namun kadang sungai juga kering sehingga harus berjalan kaki lebih jauh ke sungai lain," katanya, Senin (22/9).

Benccana kekeringan juga menghantui para petani di Kecamatan Rancabungur. Saluran irigasi dan kantong-kantong air yang ada di wilayah tersebut mulai mengalami penurunan debet air. Hal ini membuat para petani mulai berpikir untuk beralih ke tanaman yang tidak banyak mengkonsumsi air.

Saep (27) salah satu petani padi asal Kampung Pasir Gaok tengah RT 03/ RW 06, Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur mengaku khawatir padi yang di tanamnya terancam gagal panen. Hal ini dikarenakan pasokan air persawahan miliknya sudah mulai berkurang. Padahal, padi ini harus cukup banyak air jika tidak ingin gagal panen.

"Langkah perawatan kali Cidepit pernah dilakukan para petani di sini, seperti memberikan sampah di hulu agar air bisa mengalir normal ke saluran irigasi di wilayahnya. Namun karena dari hulu debet airnya kecil, akibatnya sampai di hilir air pun sangat kecil," ungkap Saep.

Camat Rancabungur, Iwan Erawan mengatakan, mayoritas penghidupan masyarakat Rancabungur bergantung pada sektor pertanian.

"Bayangkan, dari sembilan desa yang ada, lima desa didominasi lahan pertanian dengan luas 800 hektare serta 1000 hektare perkebunan kelapa sawit. Sehingga, air menjadi faktor utama kehidupan mereka," papar Iwan.

Menurut Iwan, biasanya warga akan melakukan gotong royong memperbaiki kali Cidepit sebagai hulu air di Kecamatan Rancabungur, hal itu pun menjadi perhatian mereka jika kekeringan mulai melanda wilayah perbatasan antarkota dan kabupaten ini. Jika tidak, para petani akan beralih tanam, ke tanaman yang bisa hidup tanpa sumber air yang cukup.

"Para petani di sini sudah bisa memprediksi jika kekeringan akan melanda wilayahnya. Namun untuk para petani padi, kekeringan akan menjadi momok menakutkan, karena padi sangat butuh air," terang Iwan.

Oleh karena itu para petani di sini sangat merawat kantong-kantong air sebagai penyuplai air ke wilayah-wilayahnya, seperti 4 setu yang ada di Kecamata Rancabungur, di antaranya Setu Moyan, Setu Babakan, Setu Cibaju, dan Setu Cimingir. Selain kali Cidepit setu-setu tersebut menjadi hulu air yang mengaliri pertanian di wilayahnya.

Terpisah, Badan Meteorologi, K;imato;ogi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan musim kemarau akan terjadi hingga sebulan ke depan. "Diperkirakan jika tidak ada perubahan, sampai akhir Oktober mendatang baru masuk musim peralihan," kata Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Dramaga, Dedi Sucahyono.




SJM/YS

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Leave a Reply